Hari ini tepat 50 tahun
(18/7) umur dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), acara Milad setengah
abad diperingati di Solo. Selamat Milad ! Gerakan amar ma’ruf nahi
mungkar, gerakan dikalangan pelajar yang aktif dan kreatif. IPM adalah
organisasi otonom “anak bungsu” dari Muhammadiyah yang bertujuan
untuk memberikan wadah tersendiri bagi para pelajar khususnya demi
persiapan proses kaderisasi dan ajang latihan berorganisasi. Tujuan
lainya bisa dibilang secara umum adalah untuk membentengi mereka dari
arus globalisasi era yang semakin modern dengan permasalah negatif yang
semakin kompleks pula. Selain itu juga sebagai tempat
menyalurkan hasrat intelektual dan kreatifitas dari para pelajar yang
kadang tidak terbendung untuk selalu berkreasi. Terbentuknya pelajar
yang intelek, religius, kritis dan kreatif memang menjadi cita-cita IPM
karena bangsa ini generasi penerus yang kokoh, baik prinsip maupun
cita-cita luhur ke depan.
Sudah banyak kasus yang
terjadi sebagai dampak dari globalisasi zaman, seperti adanya pergaulan
bebas, narkoba, tawuran dan sebgainya. Kebanyakan para pelajar atau ABG
(Anak Baru Gede) ini masih labil dan dalam proses pencarian jati diri.
Maka dari itu wadah-wadah positif seperti IPM utuk mengarahkan mereka
dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi masa kini dan masa
depannya.
50 tahun, bukan waktu yang sedikit untuk sebuah organisasi
seperti IPM. Era terus berubah, entah, ke arah mana kita melihat yang
jelas ada 2 segi yang tidak dapat ditinggalkan, positif dan negatif. IPM
telah melewati proses pematangan diri ditempa dengan perubahan dekade,
seperti era orde lama dengan Soekarno, orde baru dengan Soeharto, dan
masa reformasi sampai sekarang. Tidak mudah memang, berbagai tantangan
datang berduyun-duyun merintangi langkah dan gerak perjuangan.
Akan tetapi IPM tetap Istiqomah dengan gerakannya. Pasca Muktamar
Muhammadiyah di Yogyakarta sekitar bulan Juli 2010, kebetulan
berbarengan dengan Aisyah, Muktamar ke-17 IPM di Yogyakarta tepatnya di
Kabupaten Bantul, terbentuklah konsep “Gerakan Pelajar Kreatif”. Gerakan
kreatif dari pelajar dengan menonjolkan corak intelektual, kritis dan
religiusnya.
“Masa muda, masa yang
berapi-api,” begitulah kata bang Rhoma Irama dalam sebuah lagunya.
Ditambah lagi dengan pekikan semangat yang hingga kini masih terngiang
ditelinga, dari bapak salah satu proklamator, Bung Karno, “Beri aku
sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Namun masih perlu
ditegaskan lagi pemuda atau pelajar yang seperti apa? Pastinya adalah
mereka-mereka yang mendapat didikan secara matang, punya ghiroh
(semangat_red) untuk maju dan kritis terhadap perubahan. Bukan pelajar
atau mereka-mereka yang lembek, mengikuti arus zaman yang kian hari
makin mengikis moral dan iman mereka.
Dengan demikian,
harapan ke depan untk IPM ini adalah semakin maju, perubahan semakin ke
arah perbaikan, berbenah diri, menatap kedepan tanpa melupakan masa
lalu. Kader-kader IPM baik dari Pimpinan Pusat sampai Pimpinan Cabang
maupun Ranting bisa evaluasi diri. Jadikan moment setengah abad ini
sebagai proses refleksi diri dilanjutkan dengan gerakan
yang kreatif dan aktif, intelektual-religius, maka Insya Allah, IPM ke
kedepan semakin memberi kontribusi positif untuk dan bangsa Indonesia
yang sedang demam ini, dan kepada masyarakat dunia.
sumber : Akar rumput pun bisa berbicara
0 komentar:
Posting Komentar