25 Nov 2013

Pelajar Muhammadiyah, Pelajar Membaca, Pelajar Buku.


Metradisikan Nilai-nilai Islam dengan Membaca : Pelajar Muhammadiyah, Pelajar Membaca, Pelajar Buku. 

Pidato Iftitah Musyawarah Cabang XXI PC IPM Piyungan

Oleh : Hasbi Marwahid*

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

            Peran dari generasi muda dalam sebuah perkembangan bangsa dinilai sangat penting. Salah satu komponen penting dari generasi muda tersebut adalah pelajar. Pelajar merupakan pewaris dari tradisi-tradisi positif maupun negatif yang berkembang di Indonesia. Benih-benih bibit penggerak dan penerus bangsa ini pasti akan datang maupun tenggelam, seiring proses bergeraknya roda zaman yang terus melaju. Entah itu baik dan buruk, semua kembali lagi pada kualitas masing-masing pribadi. Jika kita putar kembali kebelakang, bangsa ini adalah bangsa yang besar. Hal ini jika kita lihat berbagai macam peristiwa sejarah yang terjadi di republik ini, banyak dari pendahulu kita yang menggoreskan keringat mereka demi kemerdekaan negeri ini. Mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umat banyak. Mereka ini adalah para intelektual yang cerdas dan tercerahkan.
            Jika kita lihat, sebagai contoh dua sosok yang sangat penting di negeri ini, Soekarno dan Hatta. Pada masa diasingkan oleh pemerintah kolonial, mereka tidak lupa mengemas peti-peti berisi buku yang akan dibawanya ke pengasingan. Hal ini terlihat bahwa mereka berdua sangat dekat dengan buku, terlepas dari yang lainnnya. Membicarakan tentang buku menjadi satu rangkaian dengan membaca. Sebuah kebiasaan yang asing kini di kalangan masyarakat kita, khususnya bagi pelajar. Banyak godaan yang menjerat para calon-calon kaum intelektual kini, salah satunya dengan adanya globalisasi yang disalah artikan. Tawaran-tawaran kehidupan yang hedonis, dampak-dampak yang negatif, membuat kita semua menjadi prihatin. Tugas pelajar yang seharusnya adalah belajar, menjadi terlalaikan. Mengerjakan tugas rumah saja sering lalai, apalagi membaca buku!  Tradisi keilmuan dan intelektual semakin lama mengalami penurunan, terutama dikalangan pelajar.
            Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi yang bersegmen pelajar. Maka dari itu, merupakan kewajiban kita untuk turut serta menggerakkan dan mentradisikan keilmuan serta menjadikan organisasi ini sebagai corong gerakan membaca. Melalui media buku dan membaca, maka pelajar Muhammadiyah secara tidak langsung mewariskan gerakan Islam keilmuan dan berkemajuan. Islam berkemajuan menurut faham Muhammadiyah memilki tiga karakter utama, yakni membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Sehingga, IPM sebagai ortom dalam Muhammadiyah dapat meneruskan apa yang dicita-citakan Muhammadiyah, khususnya bagi IPM sendiri adalah, kemajuan dan intelektualitas pelajar.
            Sebenarnya, peradaban Muslim klasik yang tinggi itu secara keseluruhan ruh nya adalah pengetahuan, dengan mencarinya, menguasainya, mendiskusikan dan mendebatnya, mendefinisakannya, membangun intuisinya untuk menyebarluaskannya, menuliskannya, membacanya, menyusunnya serta menumbuhsuburkannya. Alasan yang melatarbelakangi kesemuannya itu sederaa saja : ‘ilm (pengetahuan) merupakan konsep Islam yang sangat mendasar dan kuat. Pada puncaknya, mencari ilmu menjadi kewajiban agama Islam untuk setiap pemeluknya. Ketika periode klasik pula, Islam bersinonim dengan ‘ilm, tanpanya sebuah peradaban Islam tidak akan terbayangkan. Bagi sebuah peradaban Muslim masa depan, peran itu bahkan lebih besar lagi.
            Bahwa peradaban Muslim merupakan budaya pengetahuan dan komunikasi terlihat jelas dalam ayat pertama Al Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada malam tanggal 27 Ramadhan 611 ;
            Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al-Alaq [96]: 1-5)”.
            Kata Iqra’, yang diterjemahkan disini sebagai “bacalah”, menyiratkan gagasan tentang tindakan menerima secara sadar, dengan atau tanpa sebuah ucapan yang bisa didengar, tapi dengan maksud memahami kata-kata dan gagasan –gagasan yang diterima bersumber di luar dirinya, yakni Al-Qur’an. “Pena” juga mengungkapkan gagasan komunikasi. Ia bukan hanya simbol ketrampilan menulis, tapi juga simbol penyampaian ilmu dengan berbagai sarana teknologi. Pena sebaga simbol komunikasi merupakan alat untuk memenuhi seruan Al-Qur’an kepada kita, yakni “membaca”. Selain itu pesan yang tersirat adalah baik tindakan membaca ataupun menggunakan pena terkait dengan “apa yang tidak diketahui (manusia)”.
            Ayat-ayat pertama Al-Qur’an tersebut telah meletakkan fondasi bagi sebuah budaya dan masyarakat yang dibangun di atas budaya membaca dan menulis, serta penyampaian dan penyebaran pengetahuan dan informasi. Setiap masyarakat yang tidak memperlihatkan karakteristik-karakteristik tersebut tidak bisa dikatakan sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi cita-cita Islam.  Pada beberapa ayat lain dalam Al-Qur’an yang bersifat umum, seperti “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S Thaha [20] : 114) ; “Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Jatziyah [45]: 3). Membaca ayat-ayat tersebut, tersirat bahwa kita harus meneguhkan kembali peran kita sebagai pelajar Muslim, dalam wadah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), untuk mendorong diri kita sendiri dan mengajak orang lain membaca dan bersikap kritis.
            Tradisi membaca, mengajak kita untuk berpikir, memahami, merenung, merefleksi, dan mengerti, tentang apa saja yang sudah atau belum kita ketahui. Oleh karena itu, ‘ilm harus merupakan hasil akhir dari proses dan kerja intelektual dan inspirasional. Tradisi tersebut berdasarkan pada ‘ilm yang semenjak seratus tahun kelahiran Islam, menjadikan buku sebagai fokus utama peradaban Muslim. Buku dan para kutu buku atau orang yang terkena sindrome bibliophiles (penggemar buku yang fanatik), memainkan peranan penting dalam membentuk dan menggerakkan tradisi dan kebudayaan Islam. Sebuah tradisi membentuk tradisi keilmuan, intelektual dan peradaban buku (the civilization of the book).
            Maka dari itu, peran kita sebagai pelajar Muhammadiyah yang merupakan ujung tombak terdepan untuk dakwah di kalangan pelajar harus memiliki keilmuan yang luas. Pelajar Muhammadiyah harusnya menjadi Furqon (pembeda) dalam kebaikan jika dibandingkan dengan pelajar pada umumnya. Sebab, bekal ilmu umum yang dipadu dengan ilmu agama dapat menjadikan kita berhati-hati bertindak. Seperti yang pernah dikatakan oleh Buya Syafii Maarif, kita harus menggunakan filsafat garam yang tidak tampak tapi efeknya terasa jelas, bukan filsafat gincu yang tampak tapi tidak terasa. Pelajar Muhammadiyah bisa menjadi pilot project dan bagian dari agent of change bangsa. Bekal keilmuan yang memadai tersebut hanya bisa didapatkan dengan belajar. Pesan sastrawan tersohor republik ini kepada IPM, Taufiq Ismail, adalah baca, baca, baca, tulis, tulis, dan tulis. Hal ini senada dengan slogan dari IPM yaitu Nuun, Walqolami Wamaa Yasthurun (Nuun, demi pena dan apa yang dituliskannya).
            Momentum Musyawarah Cabang XXI PC IPM Piyungan ini dinilai sangat tepat merumuskan dan meneguhkan kembali tradisi-tradisi intelektual bagi pelajar khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Mengkampanyekan gerakan membaca kepada para anggota PC IPM Piyungan, pelajar-pelajar di Piyungan dan masyarakat secara menyeluruh. Selaras pada tema Musycab ini dengan mengambil tema “Pelajar Tangguh, Cerdas, dan Tercerahkan. Terbentuknya pelajar yang tangguh dalam menghadapi berbagai rintangan, cerdas dalam intelektual dan mampu memecahkan segala masalah secara arif,  tercerahkan, dalam artian ikhlas dan rela berkorban untuk menolong agama Allah (Islam-red). Sehingga diharapkan menghasilkan kader-kader yang kuat secara akademis maupun dalam berdakwah kepada pelajar khususnya dan masyarakat pada umumnya.
            Demikian iftitah untuk menyemangati para musyawirin dan kader IPM Piyungan semuanya. Pada akhirnya telah sampailah masa akhir kepengurusan PC IPM Piyungan masa bakti 2011-2013 dengan segala dinamika yang melingkupinya. Meski banyak pencapaian yang terlaksana seperti yang ada dalam program, tapi tidak sedikit pula yang kekurangan yang belum tercapai dikarenakan banyak hal. Terimakasih kami haturkan teruntuk Ipmawan dan Ipmawati PC IPM Piyungan yang telah berjuang dengan segenap kemampuannya demi terus berlangsungnya kegiatan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar baik bagi pelajar maupun masyarakat. Tanpa perjuangan dan komitmen dari kalian,  PC IPM Piyungan hanyalah sebatas nama yang terpampang saja tanpa kegiatan di dalamnya, bagai roda yang tidak bisa berputar.
            Kita bagai berada di sebuah rumah yang bernama PC IPM Piyungan, semua saling menguatkan, saling melengkapi, saling menghargai, dan saling mengisi. Selaku Ketua Umum, kami memohon maaf jika selama kepemimpinan ini banyak kekhilafan dan kekurangan. Kami yakin masih banyak amanah Musycab 2 tahun lalu yang belum direalisasikan dan masih banyak kekurangan dalam mengemban amanah ini. Semoga momen ini bisa menjadi sarana untuk refleksi dan evaluasi agar kembali bersemangat untuk bangkit membawa PC IPM Piyungan menjadi lebih baik lagi.  Berkolaborasi dan berkontribusi untuk agama, bangsa, dan masyarakat. Selamat Musycab, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqamahan kepada kita. Janji Allah itu pasti, bahwa jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S Muhammad [47] : 7).

Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh

Jayalah IPM Piyungan!! Allah Akbar!! Nuun, Wal Qalami Wamaa Yasthuruun.

*Ketua Umum PC IPM Piyungan Periode 2011-2013

0 komentar:

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: youremail@gmail.com

Our Team Memebers