Metradisikan Nilai-nilai Islam dengan Membaca : Pelajar Muhammadiyah, Pelajar Membaca, Pelajar Buku.
Pidato Iftitah Musyawarah Cabang XXI PC IPM Piyungan
Oleh : Hasbi Marwahid*
Assalamu’alaikum warahmatullah
wabarakatuh
Peran
dari generasi muda dalam sebuah perkembangan bangsa dinilai sangat penting.
Salah satu komponen penting dari generasi muda tersebut adalah pelajar. Pelajar
merupakan pewaris dari tradisi-tradisi positif maupun negatif yang berkembang
di Indonesia. Benih-benih bibit penggerak dan penerus bangsa ini pasti akan
datang maupun tenggelam, seiring proses bergeraknya roda zaman yang terus
melaju. Entah itu baik dan buruk, semua kembali lagi pada kualitas
masing-masing pribadi. Jika kita putar kembali kebelakang, bangsa ini adalah
bangsa yang besar. Hal ini jika kita lihat berbagai macam peristiwa sejarah yang
terjadi di republik ini, banyak dari pendahulu kita yang menggoreskan keringat
mereka demi kemerdekaan negeri ini. Mengesampingkan kepentingan pribadi demi
kepentingan umat banyak. Mereka ini adalah para intelektual yang cerdas dan
tercerahkan.
Jika
kita lihat, sebagai contoh dua sosok yang sangat penting di negeri ini,
Soekarno dan Hatta. Pada masa diasingkan oleh pemerintah kolonial, mereka tidak
lupa mengemas peti-peti berisi buku yang akan dibawanya ke pengasingan. Hal ini
terlihat bahwa mereka berdua sangat dekat dengan buku, terlepas dari yang
lainnnya. Membicarakan tentang buku menjadi satu rangkaian dengan membaca.
Sebuah kebiasaan yang asing kini di kalangan masyarakat kita, khususnya bagi pelajar.
Banyak godaan yang menjerat para calon-calon kaum intelektual kini, salah
satunya dengan adanya globalisasi yang disalah artikan. Tawaran-tawaran
kehidupan yang hedonis, dampak-dampak yang negatif, membuat kita semua menjadi prihatin.
Tugas pelajar yang seharusnya adalah belajar, menjadi terlalaikan. Mengerjakan
tugas rumah saja sering lalai, apalagi membaca buku! Tradisi keilmuan dan intelektual semakin lama
mengalami penurunan, terutama dikalangan pelajar.
Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi yang bersegmen pelajar. Maka dari
itu, merupakan kewajiban kita untuk turut serta menggerakkan dan mentradisikan
keilmuan serta menjadikan organisasi ini sebagai corong gerakan membaca.
Melalui media buku dan membaca, maka pelajar Muhammadiyah secara tidak langsung
mewariskan gerakan Islam keilmuan dan berkemajuan. Islam berkemajuan menurut
faham Muhammadiyah memilki tiga karakter utama, yakni membebaskan,
memberdayakan, dan memajukan. Sehingga, IPM sebagai ortom dalam Muhammadiyah
dapat meneruskan apa yang dicita-citakan Muhammadiyah, khususnya bagi IPM
sendiri adalah, kemajuan dan intelektualitas pelajar.
Sebenarnya,
peradaban Muslim klasik yang tinggi itu secara keseluruhan ruh nya adalah
pengetahuan, dengan mencarinya, menguasainya, mendiskusikan dan mendebatnya,
mendefinisakannya, membangun intuisinya untuk menyebarluaskannya,
menuliskannya, membacanya, menyusunnya serta menumbuhsuburkannya. Alasan yang
melatarbelakangi kesemuannya itu sederaa saja : ‘ilm (pengetahuan)
merupakan konsep Islam yang sangat mendasar dan kuat. Pada puncaknya, mencari
ilmu menjadi kewajiban agama Islam untuk setiap pemeluknya. Ketika periode
klasik pula, Islam bersinonim dengan ‘ilm, tanpanya sebuah peradaban
Islam tidak akan terbayangkan. Bagi sebuah peradaban Muslim masa depan, peran
itu bahkan lebih besar lagi.
Bahwa
peradaban Muslim merupakan budaya pengetahuan dan komunikasi terlihat jelas
dalam ayat pertama Al Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada
malam tanggal 27 Ramadhan 611 ;
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara pena.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al-Alaq [96]:
1-5)”.
Kata
Iqra’, yang diterjemahkan disini sebagai “bacalah”, menyiratkan gagasan
tentang tindakan menerima secara sadar, dengan atau tanpa sebuah ucapan yang
bisa didengar, tapi dengan maksud memahami kata-kata dan gagasan –gagasan yang
diterima bersumber di luar dirinya, yakni Al-Qur’an. “Pena” juga mengungkapkan
gagasan komunikasi. Ia bukan hanya simbol ketrampilan menulis, tapi juga simbol
penyampaian ilmu dengan berbagai sarana teknologi. Pena sebaga simbol
komunikasi merupakan alat untuk memenuhi seruan Al-Qur’an kepada kita, yakni
“membaca”. Selain itu pesan yang tersirat adalah baik tindakan membaca ataupun
menggunakan pena terkait dengan “apa yang tidak diketahui (manusia)”.
Ayat-ayat
pertama Al-Qur’an tersebut telah meletakkan fondasi bagi sebuah budaya dan
masyarakat yang dibangun di atas budaya membaca dan menulis, serta penyampaian
dan penyebaran pengetahuan dan informasi. Setiap masyarakat yang tidak
memperlihatkan karakteristik-karakteristik tersebut tidak bisa dikatakan
sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi cita-cita Islam. Pada beberapa ayat lain dalam Al-Qur’an yang
bersifat umum, seperti “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”
(Q.S Thaha [20] : 114) ; “Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman” (Q.S.
Al-Jatziyah [45]: 3). Membaca ayat-ayat tersebut, tersirat bahwa kita harus
meneguhkan kembali peran kita sebagai pelajar Muslim, dalam wadah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM), untuk mendorong diri kita sendiri dan mengajak
orang lain membaca dan bersikap kritis.
Tradisi
membaca, mengajak kita untuk berpikir, memahami, merenung, merefleksi, dan
mengerti, tentang apa saja yang sudah atau belum kita ketahui. Oleh karena itu,
‘ilm harus merupakan hasil akhir dari proses dan kerja intelektual dan
inspirasional. Tradisi tersebut berdasarkan pada ‘ilm yang semenjak
seratus tahun kelahiran Islam, menjadikan buku sebagai fokus utama peradaban
Muslim. Buku dan para kutu buku atau orang yang terkena sindrome bibliophiles
(penggemar buku yang fanatik), memainkan peranan penting dalam membentuk dan
menggerakkan tradisi dan kebudayaan Islam. Sebuah tradisi membentuk tradisi
keilmuan, intelektual dan peradaban buku (the civilization of the book).
Maka
dari itu, peran kita sebagai pelajar Muhammadiyah yang merupakan ujung tombak
terdepan untuk dakwah di kalangan pelajar harus memiliki keilmuan yang luas.
Pelajar Muhammadiyah harusnya menjadi Furqon (pembeda) dalam kebaikan
jika dibandingkan dengan pelajar pada umumnya. Sebab, bekal ilmu umum yang
dipadu dengan ilmu agama dapat menjadikan kita berhati-hati bertindak. Seperti
yang pernah dikatakan oleh Buya Syafii Maarif, kita harus menggunakan filsafat
garam yang tidak tampak tapi efeknya terasa jelas, bukan filsafat gincu yang
tampak tapi tidak terasa. Pelajar Muhammadiyah bisa menjadi pilot project dan
bagian dari agent of change bangsa. Bekal keilmuan yang memadai tersebut
hanya bisa didapatkan dengan belajar. Pesan sastrawan tersohor republik ini
kepada IPM, Taufiq Ismail, adalah baca, baca, baca, tulis, tulis, dan tulis.
Hal ini senada dengan slogan dari IPM yaitu Nuun, Walqolami Wamaa Yasthurun
(Nuun, demi pena dan apa yang dituliskannya).
Momentum
Musyawarah Cabang XXI PC IPM Piyungan ini dinilai sangat tepat merumuskan dan
meneguhkan kembali tradisi-tradisi intelektual bagi pelajar khususnya, dan
masyarakat pada umumnya. Mengkampanyekan gerakan membaca kepada para anggota PC
IPM Piyungan, pelajar-pelajar di Piyungan dan masyarakat secara menyeluruh. Selaras
pada tema Musycab ini dengan mengambil tema “Pelajar Tangguh, Cerdas, dan
Tercerahkan. Terbentuknya pelajar yang tangguh dalam menghadapi berbagai
rintangan, cerdas dalam intelektual dan mampu memecahkan segala masalah secara
arif, tercerahkan, dalam artian ikhlas
dan rela berkorban untuk menolong agama Allah (Islam-red). Sehingga diharapkan
menghasilkan kader-kader yang kuat secara akademis maupun dalam berdakwah
kepada pelajar khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Demikian iftitah untuk menyemangati
para musyawirin dan kader IPM Piyungan semuanya. Pada akhirnya telah sampailah
masa akhir kepengurusan PC IPM Piyungan masa bakti 2011-2013 dengan segala
dinamika yang melingkupinya. Meski banyak pencapaian yang terlaksana seperti
yang ada dalam program, tapi tidak sedikit pula yang kekurangan yang belum
tercapai dikarenakan banyak hal. Terimakasih kami haturkan teruntuk Ipmawan dan
Ipmawati PC IPM Piyungan yang telah berjuang dengan segenap kemampuannya demi
terus berlangsungnya kegiatan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar baik bagi pelajar maupun masyarakat. Tanpa perjuangan dan komitmen dari
kalian, PC IPM Piyungan hanyalah sebatas
nama yang terpampang saja tanpa kegiatan di dalamnya, bagai roda yang tidak
bisa berputar.
Kita bagai berada di sebuah rumah
yang bernama PC IPM Piyungan, semua saling menguatkan, saling melengkapi,
saling menghargai, dan saling mengisi. Selaku Ketua Umum, kami memohon maaf
jika selama kepemimpinan ini banyak kekhilafan dan kekurangan. Kami yakin masih
banyak amanah Musycab 2 tahun lalu yang belum direalisasikan dan masih banyak
kekurangan dalam mengemban amanah ini. Semoga momen ini bisa menjadi sarana
untuk refleksi dan evaluasi agar kembali bersemangat untuk bangkit membawa PC
IPM Piyungan menjadi lebih baik lagi.
Berkolaborasi dan berkontribusi untuk agama, bangsa, dan masyarakat.
Selamat Musycab, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqamahan kepada kita.
Janji Allah itu pasti, bahwa jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S Muhammad [47] : 7).
Wassalamu’alaikum
wa rahmatullah wabarakatuh
Jayalah IPM Piyungan!! Allah Akbar!! Nuun, Wal Qalami Wamaa Yasthuruun.
*Ketua Umum PC IPM Piyungan
Periode 2011-2013